Rabu, 30 Desember 2015

Tradisi Malam Satu Suro


Tradisi Malam Satu Suro
Pamaes Memecah Kendi 
Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro di mana bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender hijriyah, karena Kalender jawa yang diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan Hijriyah (Islam). Satu suro biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum tangal satu biasanya disebut malam satu suro, hal ini karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya.

            Tradisi malam satu suro di daerah Repaking Wonosegoro yang pelaksanaannya berbeda dengan dulu. Dua tahun belakangan ini hampir seluruh warga desa Repaking melaksanakan tradisi malam satu suro dengan cara yang berbeda, caranya lebih praktis, berbeda dengan dua tahun yang lalu, tradisi malam suro di peringati oleh seluruh warga dengan sedikit kemewahan, misalnya dengan menyembelih kambing untuk selametan dan upacara dan juga melaksanakan pengajian besar-besaran dimalam satu suro. Dan juga terdapat Tirakatan, tirakat dari kata ‘Thoriqot’ atau Jalan, yang dimaknai sebagai usaha mencari jalan agar dekat dengan Allah. Tirakatan ini digelar setiap malam satu Suro oleh kelompok-kelompok penganut aliran kepercayaan Kejawen yang masih banyak dijumpai di pedesaan. Mereka menyambut datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan atau selamatan. Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan di mana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan
.
Saat ini banyak sekali warga yang menganggap tradisi di malam satu suro itu biasa, jauh berbeda dengan dulu, banyak warga yang setiap malam satu suro merelakan tidak tidur dalam bahasa jawa lek-lekkan yang biasanya dilakukan oleh warga-warga di kampung. Biasanya warga sudah menyiapkan acara masing-masing. Ada yang sekadar berkumpul dan lek-lekan di pos ronda, mengobrol di depan rumah atau makan-makan bersama.

 Sekarang warga menyambutnya dengan cara yang biasa yaitu dengan berkumpul diperempatan jalan dan membuat makanan yang ditaruh di dalam besek kemudian dikumpulkan jadi satu dan di makan bersama-sama. Dulu banyak sekali antuasias warga yang menyambut malam satu suro dengan suka cita jauh berbeda dengan saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar