Asrah Batin
Seperti halnya saudara kandung, seorang kakak tidak
boleh menikah dengan adiknya. Begitu juga hubungan kedua desa bersaudara,
Ngombak dan Karanglangu. Tidak boleh ada pernikahan antara penduduk kedua desa
tersebut. “Karanglangu itu kakak dan Ngombak ituadiknya,” ujar Slamet, Kepala
Desa Karanglangu. Karanglangu dan Ngombak, keduanya terletak di daerah yang
sama yaitu Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Bentangan sungai besar
Kedungmiri yang membuat jarak antara keduanya. Setiap dua tahun sekali sang
kakak selalu mengunjungi adiknya. Peristiwa ini yang dinamakan Upacara Asrah
Batin. Dalam bahasa Indonesia berarti menyerahkan atau memasrahkan perasaan. A.
Tamsir A., Ma. Pd yang dipercaya sebagai pemimpin Upacara Asrah Batin
menceritakan bahwa hubungan kedua desa ini sudah ada sejak adanya desa
tersebut.
“Ceritanya bermula dari janda yang sering dikenal
dengan nama Mbok Randha Dhadhapan. Dipanggil begitu karena dia tinggal di Desa
Dhadhapan. Anak laki-lakinya bernama Kedhana dan anak perempuannya bernama
Kedhini”, ungkap guru Sekolah Dasar ini layaknya mendongeng.Suatu hari Kedhana
dan Kedhini pergi dari rumah karena dimarahi oleh ibunya. Ketika dalam
perjalanan mereka terpisah satu sama lain. Kedhana menetap di Desa Karanglangu
dengan nama Raden Bagus Sutejo dan Kedhini menetap di Desa Ngombak dengan nama
Raden Ayu Bertahun-tahun kemudian, Sutejo bertemu kembali dengan Mursiyah dan
tidak saling mengenal satu sama lain. Tak diduga mereka saling jatuh cinta,
bahkan serius ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. “Nah, sebelum
menikah, baru tahulah mereka satu sama lain kalau mereka kakak beradik. Ada
bekas luka di pelipis sebelah kiri Raden Bagus Sutejo. Luka yang mengingatkan
keduanya tentang kejadian sebelum mereka pergi dari rumah yaitu luka bekas
dipukul ibunya,” sambil menunjukan makam Raden Ayu Mursiyah, Sugiarto, sang
juru Pertemuan ini yang memupuskan cinta kasih dan rencana pernikahan mereka.
“Setelah
diceritakan semua kejadian yang dialami masing-masing, merekapun terharu dan
menangis. Tangisan ini merupakan tangis kebahagiaan karena dapat bertemu lagi
antara kakan dan adik,” jelas Tamsir dalam makalahnya “Cerita Asrah
Batin”.Dalam makalahnya, Tamsir mengungkapkan bahwa untuk menjaga hubungan
persaudaraannya, Kedhana alias Raden Bagus Sutejo dan dan Kedini alias Raden
Ayu Mursiyah membuat suatu perjanjian. Setiap dua panenan sekali sang kakak
akan mengunjungi adiknya Ngombak bersama
sanak kadang, tetangga serta masyarakat Desa Karanglangu. Dan si adik beserta
seluruh masyarakat Ngombak akan menjemputnya di tepi Sungai Kedungmiri, tempat
mereka bertemu kembali. Setelah Sutejo dan Mursiyah meninggal, upacara ini
tetap dilaksanakan dengan pemerannya adalah Kepala Desa Karanglangu dan Kepala
Desa Ngombak. Kepala Desa Karanglangu datang dengan naik kuda diiringi oleh
warga masyarakatnya menempuh perjalanan kurang lebih tujuh kilometer dan
menyeberangi sungai. Dengan membawa makanan kesukaan adiknya yaitu minuman dari
air tape yang disebut Badhek. Sedangkan sang adik menyiapkan sambutan dengan
mengadakan “Beksan Langen Tayub” dengan diiringi “Gendhing Eling-eling Boyong”
serta makanan kesukaan kakaknya Bothok Ikan Mangut.Selama bertahun-tahun
masyarakat Karanglangu dan Ngombak melaksanakan tradisiAsrah Batin ini.
Kepercayaan warga setempat, jika melaksanakan
upacara ini akan mendapat keberuntungan dan jika tidak dilaksanakan akan
terjadi bencana. “Ada kejadian seorang pendatang tenggelam di sungai yang
dalamnya hanya sebatas perut, apa ini wajar? Setelah di selidiki tertanya
sesajen yang gunakan dalam upacara Asrah Batin kurang lengkap,” terang kakek
juru kunci berambut putih itu.Upacara tersebut dilaksanakan dua tahun sekali
yaitu pada tahun genap di bulan Ruwah hari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar