Jumat, 01 Januari 2016

Tradisi Brokohan

TRADISI BROKOHAN
Brokohan adalah salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut kelahiran bayi. Brokohan itu asal katanya dari bahasa Arab yaitu ”barokah” yang artinya mengharapkan berkah.Upacara adat ini mempunyai makna sebagai ungkapan syukur dansukacita karena kelahiran itu selamat. Upacara adat seperti ini merupakan warisan kebudayaannenk moyang khususnya pada zaman Hindu-Budha, sejak masuknya Islam ke Jawa tradisi ini diubah namanya oleh para Wali menjadi brokohan yang di ambil dari bahasa arab ”barokah” yang berarti mengharap berkah dari TuhanUpacara brokohan ini memiliki berbagai tujuan yaitu :
1. Mensyukuri karunia Allah
2. Memohon agar bayinya mendapat banyak karunia Allah
3. Terima kasih kerpada seluruh famili dan kerabatUpacara brokohan diselenggarakan pada sore hari atau kelahiran anak dengan mengadakanselamatan atau kenduri yang dihadiri oleh dukun perempuan (dukun beranak), para kerabat, danibu-ibu tetangga terdekat. Setelah kenduri selesai, para hadirin segera membawa pulang sesajian yang telah didoakan. Sesajian dikemas dalam besek dan encek, yaitu suatu wadah yang terbuat dari sayatan bambu yang di anyam. Upacara permohonan agar bayi menjadi anak baik yang dimulai dengan penanaman ari-ari dan penyediaan sesaji brokohan yang dibagikan kepada tetangga Sajen-sajen dan kelengkapan dalam upacara brokohan tersebut memiliki makna dan diartikan sebagai doa serta harapan orang tua terhadap sang anak yang baru lahir, antara lain:
1. Jenang abang putih sebagai lambing kemanunggalan ayah ibunya
2. Telur ayam kampong mentah sebanyak jumlah neptu lahir si bayi lambang pasaran lahir
3. Gula jawa adalah lambang kemanisan hidup dan syukur atas kelahiran bayi
4. Dhawet cendhol sebagai lambang kesegaran dan kelancaran usaha hidup
5. Sekul ambengan sebagai lambang kekuatan besar lahir batin.
6. Kembang setaman mengandung makna kesucian
7. Kelapa melambangkan ketahanan fisik.
8. Ingkung melambangkan si bayi yang baru lahir
9. Jajan pasar melambangkan kekayaan
10. Beras melambangkan kemakmuran dan kecukupan pangan Syarat brokohan untuk syukuran ini antara lain, tanpa undangan dan tanpa ater-ater pada tetangga dan family, biasanya tetangga hadir dengan sendirinya untuk membantu olah-olah (masak-masak), tidak menerima sumbangan dalam bentuk uang maupun barango Tidak digelar tontonan atau hiburan seperti pernikahan atau lainnya Beaya ditanggung sendiri tidak boleh dari pinjaman
Sajen ketiga dinamakan sajen brokohan.
 Sajen ini diwujudkan dalam bentuk sesaji berupa kelapa tidak utuh, gula Jawa tidak utuh,cendhol/dhawet dalam periuk kecil, dan telur bebek mentah. Semuanya ditempatkan dalamwadah tampah yang diberi alas daun pisang. Di samping itu juga sesaji yang berupa sepasangayam dewasa dalam kurungan kranji.
 Makna sajen brokohan merupakan manifestasi dari siklus manusia ketika masih di dalam rahimSang Ilahi. Sebelum embrio terbentuk, embrio tersebut berasal dari pertemuan benih laki-laki yang berupa sel sperma (dalam bahasa Jawa Kuno disebut sukra) dengan benih perempuan yang berupa sel telur (dalam bahasa Jawa Kuno disebut swanita). Kelapa tidak utuh merupakan simbolsel sperma yang dihasilkan oleh laki-laki, sedangkan gula Jawa tidak utuh sebagai simbol dari seltelur yang dihasilkan oleh perempuan. Ketika kedua sel sperma dan sel telur bertemu muncul lahbibit kehidupan atau embrio. Dalam hal ini disimbolkan dengan cendhol/dhawet dalam periuk kecil. Menurut orang Jawa dahulu, embrio-embrio ini (rohnya) masih berada di alam awang-uwung atau di langit biru. Maka disimbolkan dengan telur bebek yang kulitnya berwarna birulangit. Siklus manusia yang masih berada di rahim Sang Ilahi belum bebas adanya, maka sepasang ayam dewasa dalam kurungan sebagai simbol.


1 komentar: